Senin, 26 November 2007

MODEL PEMBELAJARAN DENGAN LTM SEBAGAI APER¬SEPSI DALAM PERKULIAHAN STATISTIK PENDIDIKAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan model pembelajaran dengan lembar tugas mahasiswa (LTM) sebagai aper­sepsi untuk meningkatkan motivasi mahasiswa dalam perkuliahan statistik pendi­dik­an di prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bengkulu. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan tindakan siklus empat langkah dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran dengan LTM sebagai apersepsi dapat meningkatkan motivasi dan sangat membantu mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan statistik pendidikan, mampu meningkatkan kulitas pembelajaran, serta mampu membangkitkan respon yang positif terhadap mata kuliah Statistik Pendidikan. Rekomendasi yang diajukan berdasarkan temuan hasil penelitian ini bahwa model ini dapat digunakan untuk proses pembelajaran pada berbagai kegiatan perkuliahan ataupun diujicobakan lebih lanjut dalam mata kuliah yang lain.

Kata Kunci: model, apersepsi, lembar tugas mahasiswa

Statistik Pendidikan merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk dalam kelompok mata kuliah yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa FKIP, khususnya mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia karena mata kuliah ini berhubungan erat dan sebagai salah satu bekal pengetahuan yang penting dalam mata kuliah Evaluasi Pendidikan dan Penelitian Pendidikan. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar analisis berdasarkan statistika, baik terhadap penilaian hasil belajar maupun untuk pengolahan data hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Sejalan dengan itu, proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya dapat membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan menggunakan statistika sebagai alat bantu dalam menganalisis data, baik yang berkenaan dengan nilai hasil belajar maupun data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan dan tujuan mata kuliah Statistik Pendidikan yang ingin dicapai oleh mata kuliah ini begitu penting bagi mahasiswa dan lulusan FKIP nantinya.

Sepanjang pengamatan peneliti, pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh banyak dosen pengampu mata kuliah adalah dalam bentuk kuliah mimbar, dalam arti metode yang lebih banyak digunakan adalah ceramah. Pada satu sisi, hal ini dapat dimaklumi karena padatnya materi yang harus disampaikan dibandingkan dengan waktu yang tersedia. Namun, pada sisi lain, apabila dilihat dari tujuan yang ingin dicapai oleh mata kuliah ini, bentuk kuliah mimbar akan lebih dominan pada pembekalan secara kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotor akan mendapatkan porsi yang kurang memadai. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan waktu yang tersedia dan materi yang harus disampaikan diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi hal tersebut dandimungkinkan untuk mewujudkan tujuan perkuliahan. Pada sisi lain, pemantauan dan pengalaman peneliti yang penulis lakukan dalam mengasuh mata kuliah ini minat dan sikap pada banyak mahasiswa terhadap materi yang diberikan cukup menjanjikan, namun daya serapnya masih rendah yang ditunjukkan dengan sikap bertanya yang berulang-ulang pada materi yang telah disampaikan. Indikasi ini sekaligus juga menunjukkan perlu adanya suatu strategi perkulaiahan yang dapat meminimalisasi terhadap rendahnya daya serap dan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diberikan.

Beberapa kemungkinan yang dapat menjadi faktor penyebab kondisi yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) Rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menyerap dan mencerna materi yang diberikan karena materi Statistik Pendidikan adalah bagian dari mata pelajaran matematika yang selama ini kurang mendapatkan perhatian, karena mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hampir 100% berasal dari jurusan IPS (2) Masih rendahnya sikap keberterimaan mahasiswa terhadap mata kuliah Statistik Pendidikan karena masih dianggap sulit, dan (3) Kecenderungan mahasiswa untuk “asal lulus” saja untuk mata kuliah Statistik Pendidikan tanpa keinginan untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menerapkan dan mengimple­mentasikan konsep materi statitistik ke dalam hal-hal yang konkret akibat kurangnya latihan menganalisis persoalan yang berhubungan dengan materi yang diberikan. Oleh karena itu, upaya perbaikan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran dan capaian hasil belajar harus ditujukan kepada perbaikan strategi pembelajaran itu sendiri. Penelitian ini mencoba menerapkan suatu model pembelajaran “Penggunaan Lembar Tugas sebagai Apersepsi” sebagai salah satu alternatif strategi yang secara teoretis diperkirakan akan efektif dalam mengatasi masalah yang dikemukakan di atas. Sehubungan dengan itu, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah Model (pembelajaran) Penggunaan Lembar Tugas sebagai Apersepsi dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran dan capaian hasil belajar Statistik Pendidikan Mahasiswa?”. Masalah yang diteliti difokuskan pada masalah motivasi belajar, kualitas pembelajaran, dan respon mahasiswa terhadap materi perkuliahan.

Untuk menjawab permasalahan yang diajukan di atas, dalam penelitian ini dilakukan uji coba model pembelajaran “Penggunaan Lembar Tugas sebagai Apersepsi” yang secara teoritis diperkirakan akan efektif dalam mengatasi masalah yang dikemukakan di atas. Di samping itu, model yang diterapkan ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi, kualitas proses pembelajaran dan respon mahasiswa terhadap mata kuliah Statistik Pendidikan. Sebagaimana juga yang dicontohkan oleh Claririo (1971, dalam Soemanto, 1998: 216) bahwa hasil penelitiannya berhasil menggunakan modelling untuk mengembangkan minat murid-muridnya. Aspek lain yang mendukung upaya mengatasi permasalahan yang dikemukakan di atas adalah teori motivasi belajar yang menyatakan bahwa motivasi belajar dipengaruhi pula oleh

A. Hakikat Pembelajaran Statistik Pendidikan

Mata kuliah Statistik Pendidikan diharapkan dapat mengantarkan mahasiswa pada kemampuan menganalisis hasil belajar maupun hasil penelitian secara kuantitatif. Oleh karena itu, mahasiswa perlu diberikan kesempatan untuk mengolah dan mencoba sendiri kemampuannya untuk memecahkan suatu masalah. Seperti dikemukakan oleh Tilaar (1999) bahwa belajar adalah mengolah pengetahuan yang dipelajari dengan penalaran. Belajar hendaknya mampu menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global. Untuk itu, proses pembelajaran hendaknya mampu memberikan pengalaman belajar yang dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya dan dapat memperluas cakrawala kognitifnya sedemikian rupa sehingga mampu menyentuh ranah keyakinan ilmiah, sikap, nilai dan perilaku. Proses pembelajaran dengan memberikan pengalaman secara langsung dengan mencoba mengerjakan latihan-latihan yang relevan tentulah merupakan suatu hal yang sangat signifikan bagi pencapaian tujuan pembelajaran Statistik Pendidikan. Seperti dikemukakan dalam teori belajar sosial yang dikembangkan Bandura yang mengemukakan tiga asumsi pokok dalam belajar, yakni (1) proses belajar menuntut dari si pembelajar proses kognitif dan keterampilan, dan hal ini merupakan faktor yang penting dari belajar, (2) belajar ialah hubungan segitiga yang saling berkaitan antara lingkungan, faktor pribadi, dan tingkah laku yang akan menentukan terjadinya proses belajar, dan (3) belajar akan menghasilkan kode tingkah laku verbal dan visual yang mungkin diunjukkerjakan dan mungkin juga tidak (Gredler,1994). Dari teori ini kiranya dapat dipahami bahwa untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam suatu proses pembelajaran perlu suatu desain pembelajaran sedemikian rupa sehingga mampu membelajarkan orang yang belajar. Hal ini sejalan dengan teori S-R Thorndike yang menyatakan bahwa pemberian stimulus akan menghasilkan persepsi atau tingkah laku tertentu pada seseorang.

Di sisi lain, teori konstruktivisme menyatakan bahwa struktur pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan memberikan makna dan mengorganisasi pengalaman-pengalaman sertan memberikan jalan kepada individu untuk menyerap informasi baru yang diberikan (Mergel, 1989). Semetara itu, teori balajar kognitif menjelaskan tentang fungsional otak dengan suatu analogi bagaimana komputer bekerja, yakni menerima informasi, menyimpan informasi, dan mendapatkan kembali informasi tersebut ketika diperlukan (Mergel, 1988).

Dengan demikian, atas dasar teori yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memahami materi Statistik Pendidikan terhadap peserta didik perlu diberikan suatu stimulus dan kegiatan pembelajaran yang relevan dengan pengalaman (struktur mental) yang dimilikinya serta senantiasa dihubungkan dengan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran yang dihadapinya dengan memberikan kesempatan untuk mengaktualisasi pengetahuan yang dimiliki secara terstruktur dan sistimatis atau memfasilitasinya untuk mengolah penalarannya dalam suatu kegiatan pembelajaran kondusif.

Model pembelajaran penggunaan “LTM sebagai Apersepsi” yang dicirikan dengan upaya mereproduksi kembali serta menerapkan apa-apa yang sudah dipelajarinya, merupakan sebuah alternatif yang sangat mungkin digunakan serta sesuai dengan teori-teori belajar yang dikemukakan di atas, khususnya terhadap mahasiswa. Karena itu, model pembelajaran ini patut diujicobakan dalam proses pembelajaran Statistik Pendidikan. LTM ini disusun lengkap per pokok bahasan untuk setiap pertemuan sesuai dengan silabus yang diberikan dalam bentuk suatu buku yang dilengkapi dengan kolom nilai dan tanda tangan pengajar.

Model pembelajaran dengan penggunaan LTM sebagai apersepsi mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: (1) Orientasi, mengingatkan mahasiswa terhadap konsep atau yang telah dibahas/dipelajari pada minggu yang lalu, (2) Memberikan LTM yang berisikan soal-soal pokok-pokok materi yang telah dipelajari/dibahas pada minggu yang lalu untuk dikerjakan dalam waktu yang relatif singkat, lebih kurang 15 menit, dan (3) Mengumpulkan LTM yang sudah dikerjakan untuk dikoreksi dan dinilai (dievaluasi) di luar jam perkuliahan, yang selanjutnya akan digunakan kembali pada pertemuan berikutnya..

Penelitian ini dirancang untuk menguji keefektifan model pembelajaran dengan LTM sebagai apersepsi dalam perkuliahan Statistik Pendidikan. Proses pengujian model ini dilaksanakan dengan pendekatan siklus empat langkah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2006/2007 yang berlangsung selama empat bulan, yakni April 2007 sampai dengan Juli 2007 dengan subjek penelitiannya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Bengkulu Smester VI tahun akademik 2006/2007. Uji coba model dalam penelitian ini hanya dibatasi pada empat kali tatap muka. LTM yang diberikan berisikan pertanyaan dan latihan tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan tatap muka sebelumnya.

Instrumen utama penelitian yang digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan model pembelajaran yang diujicobakan adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas kelas dan wawancara terhadap mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Statistik. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (1988; dalam Sugiyono, 2005: 60) yang menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Sedangkan untuk mengevaluasi persepsi mahasiswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan digunakan kuesioner.

Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai mahasiswa yang mengambil matakuliah Statistik Pendidikan. Wawancara yang dilaksanakan tidak terstruktur dan dilakukan di luar perkuliahan dengan tujuan menggali respons mahasiswa secara lebih mendalam terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model tersebut. Selain itu, data respons mahasiswa terhadap proses pembelajaran digali melalui kuesioner yang diberikan setelah beberapa pertemuan perkuliahan tatap muka.

Analisis data hasil penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat efektifitas model berdasarkan indikator kinerja dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Miles & Huberman (1984), yakni reduksi data, display data, dan verifikasi data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi umum hasil penelitian mengenai respons dan penilaian mahasiswa terhadap perkuliahan Statistik Pendidikan yang menggunakan Lembar Tugas sebagai apersepsi, dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Perkuliahan sebaiknya selalu diikuti dengan pemberian latihan setelah selesai penjelasan oleh dosen dinyatakan oleh mahasiswa sebanyak 82,49%, dan latihan diberikan setiap selesai satu pokok bahasan sebanyak 51,14%. Pemberian latihan yang diberikankan langsung setelah selesai proses pembelajaran menurut tanggapan mahasiswa akan lebih mudah dipahami. Hal ini dinyatakan oleh mahasiswa sebanyak 71,4%. Data angka yang diperoleh dari kuesioner yang dikemukakan ini didukung oleh pernyataan mahasiswa pada saat diwawancarai, yakni mereka menginginkan latihan mengerjakan soal-soal pokok bahasan yang dipelajari hendaknya diberikan pada saat jam kuliah berlangsung dan sebagai pekerjaan rumah.

2. Perkuliahan Statistik Pendidikan sangat perlu diberikan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dinyatakan oleh mahasiswa sebanyak 48%. Namun sangat sedikit mahasiswa yang menyatakan bahwa mata kuliah statistik sangat menyenangkan, yakni hanya 5,71%, walaupun sebanyak 25,7% menyatakan mata kuliah statistik tidak perlu ditakuti, tetapi harus diminati, dan sebanyak 11,4% menyatakan bahwa mata kuliah statistik bukanlah mata kuliah yang sukar. Kenyataan ini didukung oleh pernyataan mahasiswa pada saat diwawancarai bahwa cara perkuliahan seperti ini menjadikan mata kuliah statistik, bukan lagi mata kuliah yang mencemaskan, tetapi justru membangkitkan minatnya terhadap statistik. Di samping itu, mereka juga menyatakan bahwa mata kuliah statistik sangat diperlukan karena hal ini berhubungan dengan mata kuliah evaluasi. Mahasiswa yang menyatakan kurang berminat terhadap mata kuliah statistik menyatakan bahwa mata kuliah statistik rumit karena menghitung dan menggunakan rumus-rumus, padahal penguasaan matematika mereka sangat kurang.

3. Sebanyak 77,1% mahasiswa menyatakan bahwa latihan harus ada pada setiap pertemuan tatap muka. Namun dalam hal ini hanya sebanyak 25,7% saja yang menyatakan latihan diberikan pada akhir perkuliahan dan sebanyak 25,7%, lainnya menghendaki latihan diberikan dalam bentuk pekerjaan rumah atau tugas terstruktur. Tidak satu pun mahasiswa yang menyatakan bahwa latihan tidak dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Komentar mahasiswa terhadap pemberian tugas pada setiap pertemuan tatap muka, sejalan dengan jawaban terhadap kuesioner yang diberikan, yakni apabila setiap pertemuan diberikan latihan akan membantunya dalam memahami materi yang disajikan. Karena itu, mahasiswa menghendaki adanya latihan yang diberikan pada setiap pertemuan tatap muka.

4. Respons mahasiswa terhadap pemberian latihan pada awal perkuliahan terhadap pokok bahasan yang telah dipelajari pada minggu sebelumnya, menunjukkan sebanyak 42,9% berpendapat cara ini sangat membantu untuk mempelajari materi baru yang akan diberikan; sebanyak 34.3% menyatakan bahwa cara tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar statistik; sebanyak 77,1% menyatakan sangat bermanfaat untuk membantu mengingat materi yang telah dipelajari minggu lalu. Sedangkan yang menyatakan strategi ini tidak memacu motivasi hanya 2,86%. Yang cukup menarik, tidak ada mahasiswa yang menyatakan tidak ada manfaatnya sama sekali.

5. Pemberian soal latihan yang berisikan materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya, sebagian besar mahasiswa menyatakan sangat membantunya dalam memahami materi yang telah diberikan. Mahasiswa yang menyatakan hal ini jumlah sebanyak 82,9%. Dalam hubungannya dengan pemahaman terhadap pokok bahasan yang baru, sebanyak 34,3% mahasiswa yang menyatakan bahwa pemberian LTM tersebut sangat membantunya. Sebaliknya, yang menyatakan tidak terbantu hanya 5,71%.

Hasil belajar mahasiswa dalam setiap siklus yang dilaksanakan menunjukkan bahwa capaian prestasi cukup memuaskan. Rata-rata nilai dari setiap tugas yang diberikan, mahasiswa mampu mengerjakannnya dengan baik.

Pembahasan

Secara keseluruhan apabila dicermati tanggapan yang diberikan oleh mahasiswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan, pemberian latihan merupakan hal pokok yang perlu mendapat perhatian, baik latihan sebelum proses pembelajaran, di tengah proses pembelajaran, dan sesudah pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri. Dari catatan wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa di luar jam perkuliahan menekankan perlunya pemberian latihan secara terstruktur terhadap materi yang telah dipelajari. Hal ini merupakan harapan dan kebutuhan mereka guna lebih memahami materi yang dikuliahkan. Salah satu catatan penting dalam hal ini yang dikemukakan oleh mahasiswa yang diwawancarai adalah para dosen perlu memeriksa hasil penugasan (latihan atau lainnya) dan mengembalikannya kepada para mahasiswa agar mereka dapat mengetahui hasil pekerjaan yang mereka lakukan. Keluhan yang muncul, justru ada banyak dosen yang tidak menjelaskan secara transparan hasil pekerjaan mereka, apalagi mengembalikannya.

Apabila hal ini dikaitkan dengan teori belajar yang telah dikemukakan pada Bab II, temuan hasil penelitian ini merupakan salah satu pembenaran teori belajar tersebut, baik yang dikemukakan oleh Bandura maupun Thordinke. Bandura menyatakan bahwa untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam suatu proses pembelajaran perlu suatu desain pembelajaran sedemikian rupa sehingga mampu membelajarkan orang yang belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian LTM pada awal proses pembelajaran mampu menciptakan situasi yang kondusif sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat berlangsung sebagaimana yang diinginkan. Sedangkan Thordinke menyatakan bahwa pemberian stimulus akan menghasilkan persepsi atau tingkah laku tertentu pada seseorang. Dengan demikian, dalam hal ini LTM mampu berfungsi sebagai stimulus untuk membangkitkan respon positif dari mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahan. Semula mata kuliah statistik dianggap sebagai mata kuliah yang “mencemaskan”, ternyata tidak demikian halnya setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan LTM. Sebaliknya, justru sangat membantu mahasiswa dalam memahami materi pokok bahasan yag diberikan dosen.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Penggunaan Lembar Tugas Mahasiswa (LTM) sebagai Apersepsi dapat meningkatkan motivasi belajar, rasa ingin tahu, dan membantu mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan, (2) Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Penggunaan Lembar Tugas Mahasiswa (LTM) sebagai Apersepsi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Statistik Pendidikan dalam arti mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, dan (3) Kegiatan pembelajaran dengan model Penggunaan Lembar Tugas sebagai Apersepsi mampu membangkitkan respon positif mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang diberikan.

Saran

Sepanjang pengamatan peneliti, sangat sedikit penelitian yang mencobakan suatu model pembelajaran yang dilakukan oleh staf pengajar FKIP UNIB guna perbaikan ataupun peningkatan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, berkaitan dengan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, beberapa saran yang dapat diajukan berkenaan dengan pelaksanaan proses belajar-mengajar yang dilaksanakan oleh dosen FKIP-UNIB adalah sebagai berikut: (1) Setiap dosen hendaknya melakukan upaya-upaya kreatif untuk lebih meningkatkan mutu dan hasil perkuliahan yang dilakukannya, (2) Setiap dosen hendaknya melakukan pengembangan model ataupun mengembangkan model-model pembelajaran yang sudah ada dalam perkuliahan yang dilaksanakannya, dan (3) Kegiatan penelitian kelas hendaknya dapat dilakukan dosen secara berkesinambungan guna meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2000. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Black, James A,dan dean J. Champion.1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial (terjemahan: E Koeswara dkk). Bandung: PT Eresco.

Borg, Walter R, dan Meredith D. Gall. 1983. Educational Research An Introduction. New York: Longman

Campbell, Donal T & Julian C. Stanley. Experimental and Quasi Experimental design for Experiment. Chicago: Rand McNally & Company.

Constructive Learning.http/ed.swau.ed/England/theories_learning/assigment_5htm.

Dick, Walter dan Lou Carey. 1996. The Systematic Design of Instruction. New York: Longman.

Genetic Epistemology (J.Piaget). http//www.tip. psycology.org/piaget.html.

Goble, Frank G. 1987. Mazhab Ketiga:Psikologi Humanistik Abraham Maslow. (terjemahan). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Gustafon. 1981. Survey of Instructional Development Model. Georgia: Clearing House on Information Resources, Sycracuse University.

Karim, Mariana. 1980. Pemilihan Bahan Pengajaran. Jakarta: Penlok P3G.

Learning and Learning Theory. http//hagar.up.ac.za/catts/learner/leonb/learning_ and_ learning_theory.htm

Moore, MG dan Kearsley G. 1996. Distance Education: A System View. Woodsworth: USA

Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Cet.4. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Piaget’s Theory of Cognitive Development. http//www.nova.edu/~walpole/ frame_ control_ webquest. htm

Putrawan, I Made. 1990. Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-Penelitian Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Romiszowski. 1986. Developing Auto Instructional Materials. Philedelphia: Nicolas Publishing.

Siegel, Sidney 1992. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soekamto, Toeti dan Udin Saripudin Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: P2T Universitas Terbuka.

Tilaar, HAR. 2000. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tilaar, HAR. 1999. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.